'Akibat Pergaulan Bebas': Mengembalikan Era "Gairah Ranjang"

| Tuesday, May 11, 2010
Jakarta - "Jadi pecun itu gampang, tinggal ngangkang nggak usah pakai hati. Habis itu mandi yang bersih..."

"Ya, tapi nggak semudah itu."

"Semudah itu!"

"Iya, sih..."


Dan, Dinda pun akhirnya pasrah. Tak ada pilihan lagi baginya selain mengikuti jejak temannya, Kanya, untuk jual diri. Ayahnya sakit dan butuh biaya besar untuk operasi. Dalam sinopsis yang dikeluarkan pihak produser disebutkan "Dinda terjebak masuk dalam kehidupan Pergaulan Bebas."

Tapi, bila kita lihat apa yang terjadi di layar, "terjebak" jelas bukan kata yang tepat. Dan, "pergaulan bebas", apa sih maksudnya? Memangnya ada pergaulan yang "terikat"?

Klub malam menjadi salah satu panggung utama yang mengambil porsi terbesar setting film ini, dan jika itu dianggap mewakili apa yang disebut dengan "pergaulan bebas", baiklah untuk sementara kita terima saja. Namun, harap diperhatikan bahwa sejak awal kita sudah diperkenalkan bahwa tokoh-tokoh dalam film ini memang cewek-cewek clubbing.

Sejak awal itu pula, kita langsung diperkenalkan bahwa Kanya adalah penjual diri, dan berusaha membujuk temannya, Dinda untuk ikut serta bersamanya. Dan awalnya, Dinda sempat
menolak. Namun, belakangan, Dinda sendirilah yang berubah pikiran, mendatangi Kanya, dan siap untuk jual diri juga karena terpaksa, dan sama sekali bukan akibat dari "pergaulan bebas" itu. Dalam hal ini, "pergaulan bebas" bukanlah faktor penyebab.

Bagi Dinda, penyebabnya jelas, kemiskinan. Bagi Kanya, penyebabnya adalah hubungan kedua orangtuanya yang tidak harmonis, dan membuatnya tidak betah berada di rumah. Oh ya, mereka tiga sekawan, satu lagi bernama Zizi, yang diceritakan sebagai cewek yang memilih untuk menjadi istri simpanan sebagai jalur cepat untuk menjadi kaya dan hidup enak. Tapi, kepada dua sahabatnya dia berkotbah, "Jangan tiru gue deh, nggak bebas!"

Layaknya karya-karya Nayato Fio Nuala selama ini, film ini mengandalkan gambar-gambar gelap dengan syut-syut yang bombastis dan dibingkai ilustrasi musik yang sok-mencekam. Sedangkan, alurnya membosankan. Memang, ada upaya untuk membentur-benturkan tokoh-tokohnya ke dalam dilema-dilema moral, misalnya ketika Dinda harus melayani pria yang ternyata ayah sahabat dekatnya sendiri. Atau, ketika Kanya merasa "berdosa" karena telah menjual kawannya sendiri. Tapi, konflik-konflik itu diselesaikan begitu saja, dengan cepat dan gampang, untuk kemudian menggali konflik-konflik baru secara dadakan sebelum mengakhiri filmnya.

Samuel Zylgwyn (Hantu Jeruk Purut, 18+) berperan sebagai fotografer ganteng yang hadir dalam kehidupan Kanya namun sub-plot ini tidak memberikan konflik yang berarti. Uli Auliani (Pulau Hantu 2) berperan sebagai Kanya, gadis penggoda yang gagal merebut sang fotografer kondang itu dari kekasihnya.

Kanya mendadak tobat setelah malamnya harus melayani oom-oom yang "main kasar". Pada saat yang sama, Dinda pun tiba-tiba bilang pada germonya ingin berhenti, dan langsung dihajar. Lalu, Zizi apa kabar? Kebetulan, dia juga sedang dirundung konflik dengan lelaki yang menyimpannya. Jadilah, malam itu, tiga sekawan itu kumpul jadi satu dengan luka masing-masing, dan bertekad untuk memulai hidup baru yang lebih baik.

Terlalu banyak adegan setengah bugil dalam film ini. Maksud saya, bukan soal banyak atau sedikit, tapi banyak yang tidak relevan dan sengaja hanya dimaksudkan nuntuk memanjakan penonton dari kalangan mas-mas mesum.

Film ini seperti hendak membangkitkan kembali era ketika perfilman Indonesia didominasi produksi dengan judul-judul menggunakan kata "seks", "gairah" dan "ranjang", yaitu masa-masa menjelang kehancuran industri film kita!

Ceritanya ringan, alurnya longgar, tanpa akting yang menonjol dari pemain-pemainnya, yang penting banyak adegan tubuh-tubuh mulus tergolek dengan hanya terbungkus pakaian dalam hitam.

Karakterisasinya absurd, dengan dialog yang asal-asalan. Ketika Kanya mencoba mengajak seorang cowok untuk berhubungan seks, pertanyaan si cowok, "Kamu enak nggak sih?" Dan, banyak lagi kosa kata "baru" bertebaran sepanjang film ini: dari ngewi, trisam, sange sampai nge-fak.

Film ini adalah KW-3 dari perpaduan antara 'Virgin' dan 'Jakarta Undercover'.

0 comments:

Post a Comment